"Dalam hidup, mungkin kita tidak melulu mendapatkan apa yang kita inginkan"
Begitulah aku mengawali tulisan ini dengan sebuah kalimat klise.
Sambil ditemani secangkir teh hangat, hidup mengajarkanku kembali. Akan selalu ada yang pergi untuk setiap yang datang dan ini berlaku untuk segala hal. Pekerjaan yang sempurna, mimpi buruk dan mimpi indah, karier yang cemerlang, sahabat baik, keluarga, amarah, kebahagiaan, rasa sakit hingga cinta. Semua ini hanya tentang pelajaran,
Yap. Hidup adalah tentang pelajaran.
Berbicara soal perubahan, tidak semua perubahan akan selalu sesuai dengan harapan kita. Terkadang satu atau dua perubahan yang kita terima justru malah menekan kisah hidup kita yang nantinya bukan kebahagiaan yang kita raih malah mungkin hasil yang buruk dari apa yang kita pelajari.
Kitapun kembali belajar, belajar untuk bersyukur.
Sambil ditemani secangkir teh hangat, aku kembali menerima perubahan. Tentang kepergian. Seiring hari berganti hidup tidak lagi sama. Dan entah apa, dari semua kepergian, pelajaran yang selalu ku dapat adalah "Membiasakan diri untuk segala sesuatu kadang tidak membuatnya menjadi lebih baik".
Boleh jadi aku katakan begitu, sebab setiap kepergian yang kita hadapi, semua karena perihal 'terbiasa'. Kita terbiasa melakukan hal yang sama, terbiasa menerima hal yang sama atau mungkin terbiasa bersama dengan orang yang sama. Kita belum siap dengan apa yang terjadi ketika hal yang 'terbiasa' kita hadapi justru berubah menjadi tidak sama sekali. Dan itulah kepergian.
Apakah setiap kepergian akan selalu berujung dengan kesedihan? Apakah setiap kepergian selalu berujung dengan masalah? Sebenarnya dalam kepergian, siapa yang benar-benar pergi? Yang hilang dari hidup kita, atau bahkan justru kita sendiri?
Kitapun kembali belajar, belajar untuk menerima.
Sambil ditemani secangkir teh hangat, aku kembali merenung. Suatu kepergian boleh jadi justru tidak benar-benar pergi. Suatu kepergian boleh jadi hanya sebuah perpisahan sementara. Karena bisa jadi akan ada masa saat kita bertemu kembali dengan apa yang telah pergi.
Jika di paragraf sebelumnya aku telah belajar menerima sebuah kepergian, maka kali ini aku belajar tentang masa 'datangnya kembali'. Ini mengarahkanku bahwa untuk setiap yang pergi bukan berarti harus dilupakan, dan untuk setiap yang datang kembali pun bukan berarti harus kita tolak. Ini tentang bagaimana kita memilih. Bagaimana kita memutuskan.
Sebab ibarat sebuah kapal, sampai kapanpun kapal berlayar, bisa jadi suatu hari ia akan menemukan pelabuhannya. Dan mercusuar lah sebagai penunjuknya.
Dari yang sudah-sudah
Cinta hanyalah bualan
Dari yang sudah-sudah
Hanya rasa tanpa tujuan
Aku ingin berhenti
Lelah aku mengarungi
Aku ingin bersandar
Menikmati bintang berpijar
Huuu sampai nanti
Cinta hanyalah bualan
Dari yang sudah-sudah
Hanya rasa tanpa tujuan
Aku ingin berhenti
Lelah aku mengarungi
Aku ingin bersandar
Menikmati bintang berpijar
Huuu sampai nanti
Sampai kita bertemu kembali
Huuu sampai nanti
Cahayamu menuntunku lagi
Jangkar sudah terjatuh
Aku sudah benar-benar luluh
Yang aku lihat terang
Yang ku lihat masa depan
Hangat dalam dekapan
Aku merasa sedang pulang
Huuu sampai nanti (sampai nanti)
Sampai kita bertemu kembali
Huuu sampai nanti (sampai nanti)
Cahayamu menuntunku lagi
Jangkar sudah terjatuh
Aku sudah benar-benar luluh
Kapalku telah bersauh
Aku tak ingin jauh
Padamulah aku akan berlabur
Huuu sampai nanti (sampai nanti)
Sampai kita bertemu kembali
Huuu sampai nanti (sampai nanti)
Cahayamu menuntunku lagi
Jangkar sudah terjatuh
Aku sudah benar-benar luluh
Dari yang sudah-sudah
Hanya kaulah arti rumah
Huuu sampai nanti
Cahayamu menuntunku lagi
Jangkar sudah terjatuh
Aku sudah benar-benar luluh
Yang aku lihat terang
Yang ku lihat masa depan
Hangat dalam dekapan
Aku merasa sedang pulang
Huuu sampai nanti (sampai nanti)
Sampai kita bertemu kembali
Huuu sampai nanti (sampai nanti)
Cahayamu menuntunku lagi
Jangkar sudah terjatuh
Aku sudah benar-benar luluh
Kapalku telah bersauh
Aku tak ingin jauh
Padamulah aku akan berlabur
Huuu sampai nanti (sampai nanti)
Sampai kita bertemu kembali
Huuu sampai nanti (sampai nanti)
Cahayamu menuntunku lagi
Jangkar sudah terjatuh
Aku sudah benar-benar luluh
Dari yang sudah-sudah
Hanya kaulah arti rumah
Kunto Aji - Mercusuar
Sambil ditemani secangkir teh hangat, aku merenungkan banyak pelajaran yang aku terima tentang sebuah perubahan.
Ini bukan rangkaian kalimat motivasi, mungkin hanya sekedar curahan hati.
Perjalananku masih panjang, ratusan ribu perubahan dan mungkin beberapa kepergian di dalamnya siap menerobos masuk ke dalam hidupku. Tak masalah. Aku pun ikut siap.
Banyak perubahan buruk bisa jadi aku sesali, namun bagiku penyesalan dalam hidup itu suatu hal yang amat wajar.
Maka menyesalah aku hingga nanti pada akhirnya akan ku temukan sebuah pertanyaan:
"Sebenarnya semua ini berubah oleh waktu atau memang waktunya untuk berubah?"
Aku yang menentukan ☺
Ini teh mengungapkan rasa mau menuju jenjang sekolah yg baru tah keren jg sih wkwkwk
BalasHapusGak cuma jenjang baru tp menuju Savira untuk sebuah perubahan bew=))
HapusKapan bikin bukuuuu kaa
BalasHapusBuku nikah sedang diurus kaaaak
HapusOhh alhamdulillahh
Hapus