Langsung ke konten utama

[CERBUNG] How Nightmare Bring You chapter 2

Cerita sebelumnya

Bruuk!!!
Badan gadis mungil itu menabrak seorang pria dengan postur tubuh tegak dengan tinggi lebih dari 170 cm.
"Kevin..?" tanya gadis itu
"Siapa ya?"
"Lo Kevin kan? Alumnus Tuna Bhakti?"
"Yap, dan lo?"
"Gue Tarisha, kita kan pernah jadi tablemate, lo lupa?"
"Oh.. Tarisha" jawab kevin singkat.
"Gila ya, udah lama gak ketemu ternyata lo masih tetep dingin sama gue"
"Apasih, Tar. Lo mau gue gimana?"
"Ya apa kek."
"Oke gue ulang. Tarisha! Gila lo berubah bener.."
"Najis, basi. Btw, lo apa kabar?"

***

Tuk.. Tuk.. Tuk..
Livia mendengar ketukan sepatu mengarah ke kamarnya. Suaranya semakin dekat. Livia sedikit ketakutan namun rasa penasarannya menguasai rasa takutnya.
Dengan perlahan Ia bangkit dari tempat tidurnya menuju pintu kamar.
Baru setengah jalan sesorang mengetuk pintu kamarnya.
"Sudah kuduga!"
Livia berlari tergesa ke arah pintu, memutar kunci kamarnya, segera membuka pintu dan...
"Oyon!!!!"
Livia terkejut dan lansung memeluk erat sahabatnya itu. Ini yang Leon rindukan selama Ia di London, sebuah pelukan.
Leon Chandra Arista atau biasa disapa Leon, namun berbeda dengan Livia, Ia lebih suka memanggil Leon dengan sebutan Oyon, ntah datang darimana namun Leon sebenarnya tidak pernah suka dengan sebutan itu. namun baginya, apapun yang dikatakan Livia, Ia tidak bisa menolak.
Leon adalah sahabat kecil Livia. Sudah hampir 8 tahun mereka tak bertemu. Saat usia mereka 8 tahun, Leon dan kedua orangtuanya harus pindah ke London karena tuntutan pekerjaann ayahnya. Disaat hari keberangkatan Leon ke London, Livia sengaja tak menemui Leon. Livia lebih menginginkan dirinya mengurung diri di kamar sambil menangisi kepergian Leon. Leon tahu Ia salah karena Ia mengingkari janji nya untuk tidak meninggalkan Livia. Itu mengapa di hari keberangkatannya, pagi-pagi sekali Ia telah di depan kamar Livia, menunggu Livia bangun tidur dan memeluknya untuk terakhir kalinya. Namun ternyata, jangankan untuk memeluk, membukakan pintu untuknya pun Livia tak mau.
"Vi... Ayo dong bangun, kamu bener-bener gak mau nemuin aku? Kamu beneran marah ya?"
Livia dengar itu. Namun Ia tak mau menemui Leon, Ia benar-benar marah pada Leon.
"Vi... Kita gak bakal bener-bener pisah ko. Aku janji setiap hari aku bakal ngehubungin kamu. I promise I'll be back"
Livia menaruh kedua kakinya di lantai, Ia duduk di pinggir tempat tidurnya, menghela napas panjang, dan berteriak...
"TERAKHIR KAMU JANJI YANG KATANYA GAK BAKALAN NINGGALIN AKU AJA KAMU GAK NEPATIN. JANGAN SALAHIN AKU KALAU AKU GAK MAU PERCAYA KAMU LAGI!"
Livia melempar penghapus whiteboard mini-nya ke arah pintu. Leon tersentak, Ia tak menyangka Livia bakal sebegitu marah padanya.

Bersambung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teruntuk Kamu Si Pemilik Hari dan Hati Ini

Ditulis di 2016. Disalin karena ingin. M alam ini. 1 jam menuju tahun baru. tahun baru agamaku. tapi sama sekali tak akan ku bahas agama dalam tulisanku. karena memang tak berkaitan. oh! tunggu, hampir ku lupa.  aku sadar. ini tentangmu si pemilik peringatan tahun baru ini. mari kita mulai. teruntuk kamu, aku sedang meratap. dengan alunan musik penuh kata dalam drama. aku sedang terpuruk. sangat. menangis untuk jeda waktu yang lama. menangis dengan air mata yang ku tahan sejak detik itu. detik ketika aku mengetahui semuanya. semuanya. benar benar  semuanya. sakit. hanya itu. selebihnya ku tahan. jika tidak.  maka memerahlah aku saat itu. bukan merah karna malu. atau karena sedang diterpa rindu. tapi karena amarahku. yang juga diserang api cemburu. tahu mengapa? semua berawal dari hari kamu mampir dalam pikiran. satu hari aku dirundung kasmaran. beberapa hari untuk efek dahsyat peningkat semangat. haha. Ternyata. blam!

I Want You, Love by Teza Sumendra

I Want You, Love Teza Sumendra For the first time I saw you You make me feel like You make me feel like I wanna take you I wanna take you to my castle Maybe we can chill Maybe we could Make love right now But I gotta say this ** I want you, Love Baby, I've been looking at you I wanna touch you, Love Baby, I've been thinking bout you We can make some love Take that cloth off on you You can take it, Love Do whatever you wanna do Baby, I'm ready To take alll of you I want you to lead me And put me inside you And baby chill out Lay down and enjoy the ride I will kiss you from your neck And push you hard You could chill down Put your guard down While you take it off Then you screamin' out While you call my name And I break you off Yeah you got me good And it feels so good Can I keep you in my arms? Don't wanna get you off my body Back to **

Kalau aku gendut, terus kenapa?

"So, Why? Ada yang salah emang dari cewe dengan berat badan 55 kg dan tinggi 150an? It's no too bad!" Itulah sebagian perbincangan Salsa dengan bayangannya sendiri sedari tadi didepan cermin. Perlu diketahui bahwa Salsa sudah hampir satu jam di depan cermin hanya untuk membicarakan lingkar perut dan berat lemak yang terkandung pada bagian perutnya. Baginya, itu tidak terlalu mengganggu. Selama Ia masih sehat dan masih bisa bernafas panjang itu tak akan mengganggu segala aktivitasnya. "Lha terus? Kenapa gue harus bingung, toh ini gak terlalu jadi masalah juga, kan?" You're right, Salsa. . . . . . . . Tapi yang jadi masalah, terlalu banyak orang di luar sana yang terlalu memikirkan apa yang bukan jadi masalahmu. Mereka mengganggumu. Mereka masalahmu.                               *** Semua ini berawal ketika Salsa memasuki tahun ajaran baru dengan sekolah baru. "Itu berarti kelasku bakal baru juga, dong? wah teman-temanku pasti akan lebih men